Pertanyaan pada judul di atas menjadi pertanyaan di benak masyarakat seluruh Indonesia saat ini. Di tengah ancaman inflasi yang relatif tinggi pemerintah harus dihadapkan pada pilihan untuk menaikkan harga BBM. Mengapa demikian? Karena harga minyak dunia yang saat ini mencapai $111 barel telah memicu naiknya subsidi terhadap BBM. Ditambah lagi dengan kenaikkan konsumsi dalam negeri yang terjadi terus menerus. Dalam hal ini, kenaikkan beban subsidi tersebut akan menyebabkan defisit APBN akan naik. Jika kenaikkan defisit APBN tersebut terjadi di atas 3% maka itu berarti melanggar undang-undang. Pelanggaran ini bisa menyebabkan impeachment terhadap pemerintahan yang ada sekarang. Maka dari itu pemerintah harus mengambil pilihan pahit menaikkan harga BBM menjelang Pemilu yang akan berlangsung sebentar lagi.

Saat ini berkembang dua opsi untuk menurunkan subsidi BBM. Opsi pertama adalah menaikkan harga BBM untuk pengendara mobil pribadi sementara untuk pengendara motor dan angkutan umum, harganya tidak dinaikkan. Sementara opsi kedua adalah menaikkan harga secara keseluruhan tanpa membedakan pengenaan kenaikkan harga tersebut. Opsi ini dikenal juga dengan istilah harga ganda dan harga tunggal.

Apa yang ditakutkan dengan naiknya harga BBM ini? Masyarakat selalu dihantui oleh naiknya harga-harga barang di pasar (inflasi) akibat naiknya harga BBM ini. Diperkirakan kenaikkan harga BBM ini akan memicu kenaikkan inflasi hingga 2% dari batas normal. Artinya dikhawatirkan inflasi tahun ini menembus angka dua digit jika harga BBM dinaikkan. Tingginya angka inflasi ini dikhawatirkan akan menyebabkan banyak masyarakat yang jatuh ke jurang kemiskinan. Dalam hal ini, inflasi yang akan terjadi akibat kenaikkan harga BBM ini selalu dipakai untuk menakut-nakuti masyarakat supaya masyarakat menolak kenaikkan harga BBM ini.

Inflasi itu sebenarnya tidaklah semenakutkan apa yang dibayangkan. Ketika harga-harga barang naik di pasaran, secara otomatis pendapatan para pedagang akan ikut naik. Pada akhir tahun, gaji pegawai dan gaji karyawan juga akan ikut naik. Para sopir Angkot dan pengojek akan ikut menaikkan sewa jasa angkutannya. Artinya pendapatan masyarakat akan ikut naik ketika inflasi terjadi. Dampak inflasi hanya terjadi dalam jangka pendek hingga nanti pendapatan menyesuaikan dengan kenaikkan inflasi. Dampak jangka pendek inilah yang mau dicegah pemerintah dengan memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) misalnya. Jadi inflasi itu bukanlah hantu yang harus ditakuti oleh masyarakat.

Mari kita lihat kondisi sekarang ini. Saat ini katakanlah harga BBM relatif murah. Tapi untuk mendapatkan BBM tersebut terutama solar sangat susah. Dimana-mana terjadi antrian panjang untuk mendapatkan BBM. Para nelayan tidak bisa melaut akibat tidak mendapatkan solar. Banyak bus dan truk berhenti beroperasi akibat sulitnya mendapatkan BBM. Bayangkan kerugian yang diderita oleh pihak-pihak ini akibat dari sulitnya mendapatkan BBM tersebut.

Kemanakah hilangnya BBM itu? Tentu kita sudah mahfum. Selagi ada celah untuk bermain, masih saja ada pihak-pihak yang memakai cara-cara curang untuk mendapatkan untuk. Salah satunya adalah para spekulan BBM. Selisih antara harga BBM subsidi dengan BBM industri telah memberikan kesempatan mereka mendapatkan keuntungan menggiurkan. Mereka membeli BBM subsidi di SPBU kemudian menumpuknya dan menjualnya ke pihak industri dengan harga yang sedikit lebih murah daripada harga normal industri. Modus yang mereka gunakan bermacam-macam. Mulai dari memodifikasi tangki mobil sampai pada bekerjasama dengan pengelola SPBU. Artinya, subsidi BBM yang diterapkan pemerintah inilah yang mengakibatkan BBM menjadi langka di pasaran. Jadi buat apa harga BBM murah tapi barangnya susah didapatkan? Fakta ini ditambah lagi dengan kenyataan bahwa ternyata subsidi BBM itu 70% dinikmati oleh kaum menengah atas yang punya mobil.

Untuk itu, terlepas dari kepentingan pemerintah untuk menyelamatkan APBN, kenaikkan harga BBM tahun ini harus dilakukan. Sebagai perbandingan di Vietnam saat ini harga BBM sudah mencapai Rp 9.000 per liter. Di Thailand sudah mencapai Rp 12.000 per liter. Bahkan di Eropa sudah mencapai Rp 24.000 per liter ditambah dengan pajak BBM. Artinya harga BBM di Indonesia saat ini tergolong paling murah. Tapi murahnya harga BBM di Indonesia ini lebih banyak dinikmati oleh para pemilik mobil pribadi dan para spekulan yang mengambil untung dari selisih harga BBM yang ada. Untuk itu pemerintah wajib menaikkan harga BBM untuk melindungi kepentingan masyarakat yang lebih banyak.

Namun, semua kembali terpulang pada kemauan pemerintah pusat. Saat ini pemerintah sudah diberi keleluasaan oleh DPR untuk menaikkan harga BBM dalam undang-undang APBN 2013. Walaupun begitu pemerintah pusat tentunya memiliki hitungan-hitungan politik dalam rencana menaikkan harga BBM ini. Menaikkan harga BBM merupakan kebijakkan yang tidak populis dan bisa merugikan pemerintah dari sisi politik. Apalagi tahun depan sudah memasuki pesta politik yaitu Pemilihan Umum Legislatif yang akan diikuti dengan Pemilihan Umum Presiden. Pemerintah tentu tidak ingin dukungan rakyat di Pemilu mendatang itu menurun akibat kebijakkan menaikkan harga ini. Jadi dalam hal ini kepentingan politik pemerintah berperan cukup besar dalam menentukan apakah harga BBM harus dinaikkan atau tidak.

Terlepas dari semua itu, pemerintah sepertinya masih belum bisa belajar dari kejadian-kejadian di masa lalu. Dimana, gejolak paling besar biasanya terjadi menjelang harga BBM dinaikkan. Yaitu pada saat wacana kenaikkan harga BBM mulai berkembang. Pada saat wacana ini digulirkan pemerintah, maka kelangkaan BBM akan langsung terjadi dan inflasi langsung akan terpicu naik. Beban sosial dan ekonomi dari wacana kenaikkan ini tentunya akan ditanggun oleh masyarakat.

Dalam hal ini, pemerintah harusnya bisa belajar. Jika ada rencana menaikkan harga BBM sebaiknya tidak diwacanakan dulu melalui media. Sehingga hal ini malah merugikan masyarakat. Melihat kembali ke masa lalu di zaman pemerintahan Pak Harto, pengumuman kenaikkan harga BBM dilakukan hanya beberapa jam sebelum harga BBM betul-betul dinaikkan. Ketika rencana kenaikkan diumumkan sehabis Maghrib, maka harga BBM langsung dinaikan pada jam 12.00 malam. Artinya masyarakat hanya akan antri selama beberapa jam saja menjelang pukul 12.00 malam. Sistem kenaikkan seperti ini juga tidak menimbulkan inflasi yang terjadi akibat kepanikkan masyarakat.

Jadi, pesan yang ingin penulis sampaikan dalam tulisan ini adalah harga BBM itu harus dinaikkan tahun ini. Jangan ditunda lagi karena ini demi kepentingan masyarakat banyak juga. Bagi masyarakat tidak perlu panik dengan kemungkinan naiknya harga-harga barang di pasaran akibat naiknya harga BBM tersebut. Karena kenaikkan harga-harga barang ini pasti akan diikuti dengan kenaikkan pendapatan masyarakat dalam jangka panjang. Bagi pemerintah, sebaiknya rencana kenaikkan harga BBM itu dimatangkan lebih dulu sebelum diumumkan ke masyarakat. Karena wacana berkepanjangan soal kenaikkan harga BBM ini jelas menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang tidak sedikit. Dampak sosial yang paling nyata adalah antrian panjang di SPBU akibat kelangkaan BBM yang terjadi. Dampak ekonomi yang paling terlihat adalah kenaikkan inflasi akibat kepanikkan masyarakat akibat adanya wacana kenaikkan harga BBM yang berkepanjangan. Pemerintah harus berani menaikkan harga BBM jangan ditunda lagi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini