MEBIC 2025 UMRAH: Kolaborasi untuk Jadikan Kepri Pelopor Perdagangan Digital di Perbatasan

TANJUNGPINANG – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Maritim (FEBM) Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) resmi menggelar konferensi internasional dua tahunan, Maritime Economic and Business International Conference (MEBIC) 2025. Mengusung tema “Smart Digital Economy: Driving Digital Trade and Business in Border Regions”, acara ini menjadi wadah bagi para akademisi dan pakar untuk membahas percepatan transformasi digital di wilayah perbatasan.

Konferensi yang dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I UMRAH, Dr. Tengku Said Razai, di Auditorium UMRAH, Dompak, pada Rabu (17/9), menyoroti urgensi adaptasi digital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi maritim.

Pembicara utama, Anisah Alfada, Ph.D, Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Riau, menyerukan agar daerah perbatasan seperti Kepulauan Riau (Kepri) menjadi yang terdepan dalam inovasi perdagangan digital.

“Ekonomi digital tidak menunggu kita untuk siap. Ini adalah sebuah gelombang yang tidak bisa dihindari,” tegas Anisah di hadapan para peserta.

Meskipun Kepri mencatatkan pertumbuhan ekonomi kuat sebesar 7,14% dan surplus neraca perdagangan, Anisah mengingatkan adanya tantangan seperti tingkat pengangguran yang perlu diatasi melalui adaptasi digital. Menurutnya, kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku bisnis adalah kunci untuk memberdayakan generasi muda sebagai pelopor ekonomi digital masa depan.

“Mari kita rancang ekosistem digital cerdas yang tidak meninggalkan satu wilayah pun, memastikan keuntungan dari transformasi ini dapat dirasakan secara merata,” ajaknya.

Perkuat Jejaring Internasional, UMRAH dan UMT Teken LoI

Momentum konferensi ini juga dimanfaatkan untuk memperkuat kerja sama institusional di tingkat internasional. Setelah sesi keynote, acara dilanjutkan dengan penandatanganan Letter of Intent (LoI) antara Fakultas Ekonomi dan Bisnis Maritim UMRAH dengan Fakultas Pengajian Maritim, Universiti Malaysia Terengganu (UMT).

Penandatanganan ini disaksikan langsung oleh perwakilan Kanwil Ditjen Perbendaharaan Kepri, Direktur Pascasarjana UMRAH, dan jajaran pimpinan lainnya. LoI ini merupakan langkah awal strategis untuk menjalin kerja sama yang lebih lanjut dan erat antara kedua universitas. Kolaborasi ini akan berfokus pada penguatan Tri Dharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat) dengan menjadikan sektor maritim sebagai inti atau core science bersama.


Inovasi Teknologi dan Harmonisasi Regulasi

Sejalan dengan tema utama, para pakar dari berbagai institusi turut menyumbangkan gagasan solutif. Prof. Indra Jaya dari IPB University menyoroti peran strategis teknologi blockchain untuk memajukan ekonomi biru. Ia menjelaskan, blockchain dapat menjadi solusi transformatif untuk mengatasi penangkapan ikan ilegal dan menciptakan rantai pasok yang transparan dan dapat dilacak.

“Teknologi ini tidak hanya menekan kerugian akibat praktik ilegal, tetapi juga memastikan pembayaran yang adil bagi nelayan dan membangun kepercayaan konsumen,” ujar Prof. Indra. dalam sesi invited Speaker yang dipandu oleh Ketua Jurusan Manajemen Bisnis, Risdy Absari Indah Pratiwi, SE MSi

Dari perspektif hubungan bilateral, Dr. Madzli Harun dari Universiti Malaysia Terengganu membahas tantangan dalam penguatan perdagangan antara Malaysia dan Indonesia. Ia mengidentifikasi ketidakselarasan hukum dan interoperabilitas digital yang terbatas sebagai penghambat utama dalam implementasi ASEAN Customs Transit System (ACTS).

“Harmonisasi regulasi dan pengembangan proyek percontohan koridor ACTS adalah kunci untuk menekan biaya perdagangan dan mendorong integrasi ekonomi di kawasan ASEAN,” rekomendasinya.


Adaptabilitas sebagai Kunci Sukses di Era Modern

Menutup rangkaian diskusi, pembicara ketiga, Lyle Benjamin dari Global NPO) One Planet One People, USA menyampaikan pesan fundamental bahwa adaptabilitas adalah mata uang terpenting di era modern, bahkan melampaui nilai finansial. Ia memaparkan fakta bahwa 70% proyek global gagal akibat perencanaan yang buruk, sebuah masalah yang tidak dapat diatasi oleh sistem pendidikan dan bisnis saat ini.

Sebagai solusi, Benjamin memperkenalkan peta jalan praktis yang mencakup tiga pilar: sistem manajemen proyek PMOROS yang terstruktur, pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) melalui sistem AIM, dan penguasaan delapan keahlian dasar (The Essential Eight).

“Kombinasi perencanaan terstruktur, pemanfaatan teknologi yang cerdas, dan penguasaan keahlian fundamental ini adalah kunci untuk mengubah kegagalan menjadi kesuksesan dan membangun ekonomi yang tangguh,” pungkasnya.

MEBIC UMRAH 2025 ini dihadiri oleh ratusan mahasiswa FEBM UMRAH, Wakil Rektor III, Co-host dari Universitas Ibnu Sina Batam, serta Direktur Pascasarjana UMRAH, Dr. Rumzi Samin. Esoknya kamis, (18/09) juga digelkar MEBIC hari ke-2 dengan Sesi Pembicara dari UMRAH, yaitu Dr. Winata WIra dari FEBM, serta Hendra Kurniawan, Ph.D dari FTTK UMRAH.

Editor & Foto : Adi Pranadipa

Scroll to Top