Pakar Perdagangan Maritim UMT Kupas Strategi Penguatan Perdagangan Malaysia-Indonesia di UMRAH

TANJUNGPINANG – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Maritim Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) sukses menyelenggarakan kuliah umum bertaraf internasional pada Selasa (16/9/2025) di Auditorium UMRAH. Acara ini menghadirkan Dr. Madzli Harun, seorang akademisi dari Fakulti Pengajian Maritim, Universiti Malaysia Terengganu (UMT).

Kegiatan yang digelar sebagai bagian dari rangkaian perayaan Dies Natalis UMRAH ke-18 ini juga menjadi acara pemanasan (Pre-event) menjelang perhelatan “Maritime Economic and Business International Conference 2025”.

Dalam paparannya, Dr. Madzli mengupas secara mendalam strategi penguatan hubungan perdagangan antara Indonesia dan Malaysia , menegaskan bahwa hubungan internasional kedua negara merupakan landasan penting untuk kerja sama.

“Kesamaan budaya, bahasa, dan kedekatan geografis adalah aset strategis yang seharusnya mempermudah kita berkolaborasi, bukan hanya sebagai tetangga, tetapi sebagai mitra ekonomi yang kuat,” ungkap Dr. Madzli merujuk pada modal dasar hubungan kedua negara.

Dr. Madzli memetakan kekuatan yang sudah ada sebagai fondasi ideal untuk bertumbuh, seperti konektivitas jalur darat, laut, dan udara yang efisien , hubungan diplomatik yang stabil , serta ketersediaan tenaga kerja yang kompetitif dengan biaya buruh terjangkau.

Kekuatan ini dinilai dapat mendorong pengembangan berbagai sektor potensial, mulai dari pangan dan pertanian komoditas unggulan seperti minyak sawit dan produk halal , industri manufaktur di bidang otomotif dan elektronik , ekonomi kreatif berbasis batik dan seni warisan , hingga jasa logistik modern seperti e-commerce dan fintech.

Meskipun demikian, ia juga secara transparan mengurai tantangan yang masih menjadi batu sandungan. Beberapa di antaranya adalah birokrasi kepabeanan yang terkadang masih rumit , infrastruktur logistik yang terbatas di beberapa titik perbatasan , persaingan ketat pada komoditas yang sama seperti kelapa sawit dan perikanan , serta tidak selaras-nya standar produk yang dapat menghambat kelancaran arus ekspor-impor.

Menghadapi tantangan tersebut, Dr. Madzli mengajukan serangkaian solusi strategis yang konkret dan terukur. Di tingkat kebijakan, ia mendorong adanya penyelarasan kebijakan kepabeanan dan tarif. Sementara di sisi teknologi, ia menyoroti pentingnya percepatan adopsi digitalisasi logistik melalui platform seperti

ASEAN Single Window. Ia juga mengusulkan pembentukan inkubator bisnis bersama untuk membina wirausahawan lintas batas serta mendorong diplomasi ekonomi yang lebih agresif untuk memperluas pangsa pasar di kawasan ASEAN. Visi jangka panjang yang paling menarik perhatian adalah usulan misi investasi yang lebih terfokus, mencakup pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Indonesia-Malaysia , penguatan investasi bersama pada infrastruktur pelabuhan dan logistik di Selat Malaka dan Kalimantan , pengembangan industri berbasis energi hijau yang berkelanjutan , serta kolaborasi erat antara perusahaan besar dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk memperkuat rantai pasok regional.

Sebagai penutup, Dr. Madzli menyimpulkan bahwa kunci keberhasilan terletak pada pendekatan yang seimbang.

“Pemberdayaan perdagangan Indonesia-Malaysia memerlukan keseimbangan antara diplomasi, kepatuhan terhadap regulasi, inovasi teknologi, dan pengembangan sektor-sektor potensial. Ini semua bertujuan untuk menciptakan daya saing regional yang berkelanjutan,” tutupnya.

Kuliah umum ini diharapkan tidak hanya memperkaya wawasan akademis tetapi juga menjadi pemicu lahirnya gagasan-gagasan yang akan dibahas lebih mendalam pada MEBIC 2025 yang akan digelar esoknya, Rabu(17/9).

Editor : Adi Pranadipa
Foto : FEBM UMRAH

Scroll to Top